Rabu, 12 Desember 2012

BERKAT ALLAH DI KESUNYIAN GOA MARIA SAWER RAHMAT


Pagi belum lagi menjelang ketika kami, sekeluarga berangkat dari rumah menuju arah tol cikampek. Tujuan kami adalah Desa Cisantana, Cigugur, Kuningan, disitulah terdapat Goa Maria Fatima Sawer Rahmat. Terletak di ketinggian kurang lebih 700 meter di atas permukaan air laut, di kaki Gunung Ciremai berselimutkan hutan nan asri dan hijau. Perjalanan kami tempuh melalui jalur Pantura, dan Puji Tuhan walaupun sedang long weekend tetapi tidak terlalu padat sehingga kami dapat tiba ditujuan sesuai waktu yang telah kami perkirakan yaitu pukul 10:30.

Ada dua jalur untuk menuju Goa Maria ini, dan kami mengambil jalur kedua yang lebih banyak digunakan oleh para peziarah, dan juga karena lebih nyaman parkir mobilnya. Untuk menuju kawasan Goa Maria, kami berjalan melalui jalan kecil yang melewati perkebunan dan perumahan penduduk. Di pintu masuk yang dikelilingi oleh warung oleh-oleh makanan khas daerah tersebut, seorang nenek menawarkan kepada kami tongkat-tongkat kayu sederhana, medan yang naik turun terutama pada jalur Jalan Salib yang mendaki bukit, untuk orang-orang tertentu memang memerlukan bantuan tongkat. Nenek tersebut tidak menyebutkan berapa harga tongkat tersebut, tetapi hanya seikhlasnya, dan belakangan kami mengetahui bahwa tongkat tersebut hanya disewakan bukan dijual, karena pada akhir perjalanan kami harus mengembalikan tongkat-tongkat tersebut......hihihihi.....padahal kan mau buat suvenir ga jadi deh...

Setelah berjalan lumayan jauh, kami tiba di semacam tempat yang disebut sebagai Taman Getsemani, tempat untuk memulai penziarahan dengan berdoa di kapel kecil yang mungkin bisa dianggap sama dengan Taman Getsemani dimana Tuhan Yesus berdoa menjelang wafatnya.  

Kami memulai perjalanan mengenang penderitaan,wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus pada perhentian pertama, selanjutnya secara bergantian kami berempat memimpin ibadah Jalan Salib. Jalan yang terus mendaki tidak membuat kami surut, walaupun devosi doa rosario yang kami lakukan sepanjang perjalanan diselingi dengan nafas yang naik turun dan ngos-ngos-an  tetapi kami tetap terus berjalan sampai pada perhentian yang terakhir, yaitu pemberhentian ke-14. Pada pemberhentian ke-12 yang disebut sebagai Golgota, terdapat sebuah salib besar yang menunjukkan pada pemberhentian tersebut dikisahkan Tuhan Yesus wafat di kayu salib, dan kami merenung cukup lama di tempat tersebut. 

Pemberhentian ke 12, Bukit Golgota

Setelah menyelesaikan Jalan Salib, tibalah kami di Goa Maria Fatima Sawer Rahmat yang berada pada suatu cekungan goa di ketinggian sehingga kami perlu menaiki tangga untuk dapat sampai pada goa tersebut. Suasana yang tenang diiringi suara angin yang berdesir oleh pepohonan nan rimbun di sekitar goa menjadikan suasana doa lebih khidmat. Dengan mendaraskan doa rosario di depan Goa Maria komunikasi dengan Allah Bapa kami lakukan, memohon saweran rahmat dan berkat Bapa.

Goa Maria Fatima Sawer Rahmat
Goa Maria Fatima Sawer Rahmat diresmikan pada tanggal 21 Juli 1990 dan sudah dikenal oleh Umat Katolik sebagai salah satu tempat penziarahan di daerah Kuningan, Jawa Barat. Di Goa ini juga ada curug kecil yang airnya cukup menyegarkan badan dan muka setelah menempuh Jalan Salib. Curug yang oleh warga sekitar disebut sebagai Curug Sawer, nama itu juga yang mungkin menjadi awal mula nama Goa Maria Sawer Rahmat. 

Di depan Goa terdapat pendopo yang didalamnya terdapat perlengkapan ibadat, dan menurut informasi dari penjaga pada setiap hari Jum'at Kliwon pukul 12:00 diadakan misa kudus di tempat tersebut.

Setelah puas merenung dan menikmati alam hijau disekitar Goa Maria, kami pun beranjak pulang. Jalur pulang yang kami tempuh berbeda dengan jalur berangkat atau jalur Jalan Salib. Jalur pulang ini melewati deretan warung yang menjajakan suvenir dan oleh-oleh makanan khas daerah tersebut seperti emping, opak, dan jenis makanan lainnya. Dan sepertinya memang jalur pulang ini dilewatkan melalui deretan warung supaya para penziarah atau pengunjung dapat berbelanja, yang tentunya akan dapat menambah penghasilan bagi para pedagang dan penduduk sekitar. Kamipun membeli beberapa suvenir seperti patung Bunda Maria dan Yesus dengan harga yang cukup murah yaitu Rp. 30.000 untuk masing-masing patung, sementara harga sebuah rosario buatan tangan juga cukup murah sebesar Rp.15.000. Menurut penjualnya, semua barang yang dijual merupakan hasil produksi mereka sendiri.

Pada pukul 14:15, kami pun meninggalkan Desa Cisantana menuju penginapan di daerah wisata Sangkan Hurip, menghilangkan lelah dengan berendam air panas.......hmmm....berkat Tuhan didapat, badan yang segar pun kembali datang.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar